Siapa yang menciptakan kita?
Bukankah Allah?
Siapa yang menghidupkan dan mematikan kita?
Siapa yang memberi kita rezeki?
Siapa yang membuat kita tertawa dan menangis, dan yang membuat kita kaya, miskin, dan berkecukupan?
Bukankah Allah Subẖānahu wa Taʿālā?
Maka dari itu, kita wajib menyembah-Nya dan tidak boleh kita mempersembahkan ibadah kepada selain Allah, karena itu adalah syirik, yang merupakan dosa terbesar di sisi Allah ʿAzza wa Jalla, karena Allah itu Maha Kaya.
Jika seseorang mempersekutukan-Nya dalam perkara yang menjadi hak-Nya, maka amat besar murka-Nya kepada orang ini.
Allah ʿAzza wa Jalla Berfirman dalam Hadis Qudsi:
“Aku adalah Zat Yang paling tidak butuh sekutu, maka barang siapa yang melakukan suatu amal yang mempersekutukan-Ku dengan selain-Ku dalam amalan itu, maka Aku Tinggalkan dia dengan yang dia jadikan sekutu itu.” (HR. Abu Dawud)
====
مَنْ خَلَقَنَا؟
أَلَيْسَ هُوَ اللهُ؟
مَنْ أَحْيَانَا ؟ مَنْ يُمِيتُنَا؟
مَنْ يَرْزُقُنَا؟
مَنِ الَّذِي يُضْحِكُنَا وَيُبْكِينَا
وَيُغْنِينَا وَيُفْقِرُنَا وَيُقْنِينَا؟
أَلَيْسَ هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟
إِذَنْ وَاجِبٌ أَنْ نَعْبُدَهُ
وَلَا يَجُوزُ أَنْ نَتَوَجَّهَ
بِالْعِبَادَةِ لِغَيرِهِ
فَإِنَّ هَذَا هُوَ الشِّرْكُ
الَّذِي هُوَ أَعْظَمُ الذُّنُوبِ
عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
لِأَنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ
فَإِذَا شَارَكَهُ أَحَدٌ
فِيمَا يَسْتَحِقُّهُ
اِشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى هَذَا الْإِنْسَانِ
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْحَدِيثِ الْقُدْسِيِّ
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ
فَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا
أَشْرَكَ فِيهِ مَعِيَ غَيْرِِي
تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ – رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ